Rabu, 18 April 2012

Menilik Lebih Jauh Tentang Galau


Ada teman gue yang ngomong kayak gini, “kenapa ikam di blog pakai “gue elo” segala?”, trus gue jawab, “imbah pang? Mun kada nang kaya itu unda, baulun bapian lah? Hi ih mun nang malihat tu urang papadaan kita jua, mun lain pang kaya apa??” (ngerti? Pasti).  Karena blog ini gak mengandung unsur kadaerahan, oleh karena itu di sini gue memakai kata “gue”. Trus kok gak make kata saya? Begini, kalo gue make kata “saya” sedangkan isinya (kalian tau lah) kan jadi aneh, kata-katanya formal tapi isi jauh dari formal. Jadi, jangan protes.

Oke hari ini gue cuma mau ngelanjutin postingan sang wapres gajepedia Fatlas, tentang galau. Nah, jika di postingan sebelumnya membahas tentang pengertian galau, kalau di postingan ini gue akan membahas macam-macam galau. Ada beberapa faktor seseorang bisa terserang galau entah mulai dari ditinggalin seseorang hingga meniggalkan seseorang. Langsung saja kita bahas.


Pertama, Galau Entertain. Mengapa dibilang galau entertain? Begini, para pengidap galau ini senang sekali menggalau ria dengan tujuan entertaining. Galau ini terjadi akibat sang pengidap memiliki masalah percintaan atau apalah yang hambar, basi, tanpa warna, monoton, dan lain sebaginya, hehe. Sehingga ia menggalau-galau sendiri (padahal gak ada masalah) agar gak kalah bersaing dengan teman-temannya. Galau ini sungguh parah, pada stadium akhir, akan menyebabkan penderitanya menggila hingga ia menyebut dirinya selingkuhan artis. Ckckckck.

Kedua, Galau Artis. Kalau galau ini umum terjadi dikalangan pesbuker mania. Ya, pederita galau tipe ini umumnya cenderung mempublikasikan kegalauannya dengan membabi buta. Parahnya, semakin banyak orang yang mengetahui bahwa ia sedang galau, intensitas galaunya pun akan meningkat secara drastis dan ini bisa kita lihat pada grafik di bawah ini.

 

 Catatan: dari grafik di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Jumlah orang yang mengetahui ia (pengidap galau artis) berbanding lurus dengan intensitas galau yang akan terjadi selanjutnya.

Ketiga, Galau Jinak-Jinak Merpati. Orang yang terdeteksi mengidap galau ini, biasanya bersikap wajar tanpa beban yang berarti. Namun, semua terlihat jelas saat dia berada dalam komunitas galau sejati. Ia akan menggalau dengan brutal hingga tak sadarkan diri (hahaha pret). Ya, penderita tidak akan menunjukkan kegundahgulanaannya (bahasa untuk galau versi Siti Nurbaya) di depan umum namun hanya pada komunitasnya.

Keempat, Galau Advertising. Galau ini gak ada hubungannya dengan masalah cinta, akan tetapi masih dalam kategori galau. Galau ini terjadi akibat sang pengidap merasa dipermainkan dan dibohongi oleh sebuah iklan produk maupun jasa. Misalkan, masih ingat iklan Fullo? Nah, di iklannya kan dikatakan bahwa Fullo itu coklatnya full alias gak bolong. Saat seseorang membeli dan memeriksa secara teliti (dengan cara menempelkan ujung Fullo ke mata) ia mendapati bahwa coklatnya bolong, ia akan merasa dirinya adalah telah dibohongi dan dikhianati, dan situasi ini akan membawa ia dalam sebuah kegalauan yang kita sebut Galau Advertising, kebimbangan yang membuat ia menyesal dan kapok untuk membeli Fullo seumur hidupnya, ckckck.

Kelima, Galau Thing-Thing/Suddent Galau. Galau apa ini?? Pasti terdengar asing. Ya, tapi galau ini biasa terjadi. Galau Thing-Thing adalah galau terhadap benda-benda (benda=thing) hehe. Pengidap biasanya akan tiba-tiba terserang kegalauan saat melihat benda-benda tertentu yang mengingatkannya pada seseorang yang eeemmm gitu deh. Untuk galau ini gue rasa gak perlu contoh, kalian pasti bisa membayangkan sendiri.

Keenam, Galau Suply Price. Lha? Galau apa lagi ini?? Pengidap galau ini biasanya banyak berada di Pasar Blauran dan lain-lain yang sejenis, karena ada banyak transaksi tawar menawar sehingga menimbulkan persaingan harga. Galau ini terbagi lagi menjadi dua ketegori yaitu Medium Galau Suply Price dan Extreme Galau Suply Price. Pada tingkat medium terjadi pada saat timbulnya rasa kebimbangan dalam melakukan penawaran dan pemilihan produk, dan biasanya berujung dengan tidak membeli produk apapun, sehingga yang dirugikan adalah sang penjual. Pada tingkat ekstim si pembeli sudah menemukan harga “ia rasa” udah pas dan tanpa ragu membelinya, akan tetapi kenyataan membuat ia berada dalam kegalauan yang membuat ia menyesal sejadi-jadinya, karana ia mendapati produk yang sama di toko sebelah jauh lebih murah dibandingkan tempat ia membeli produk tadi.

Kira-kira cuma itu, mungkin seiring perkembangan zaman maca-macam galau pun juga akan berkembang dan meningkat. Jadi, untuk yang lagi galau gue berpesan move on guys J.

Salam Gaje

Presiden Gajepedia

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar