Minggu, 01 April 2012

Bedah Lagu Anak-Anak

       Kali ini gue akan membedah beberapa lagu anak-anak yang menurut gue menyesatkan masyarakat Indonesia yang rata-rata udah sesat ini. Pada nyadar gak sih kalian, lagu anak-anak di Indonesia ini benar-benar gak mendidik. Pasti banyak yang bertanya-tanya, mengapa?. Tapi sebelumnya haruslah disadari bahwa gue menulis postingan ini tidak untuk menjelekkan siapapun. Jadi, berfikirlah yang jernih sebelum membaca ini. Baiklah, mari kita telaah satu per satu.

       Lagu anak-anak berjudul Naik Kerata Api, sesuai dengan postingan gue yang berjudul “sadarkah kalian” kemarin, di salah satu bagian liriknya berbunyi “naik kereta api tut tut tut, siapa hendak turun…”. Kalau kita benar-benar jeli, di sini ada dua pernyataan yang mungkin sangat mencengangkan. Bingung? Mari kita telaah bersama, di kalimat pertama bait lagu tersebut sadarkah kalian bahwa kalimat tersebut mengajarkan anak-anak untuk kentut setiap kali ingin naik kereta api. Selain itu, jika kita sambung ke kalimat kedua, kalau anak cerdas (kayak gue) pasti akan bertanya seperti ini “mama, kita kan baru naek, kok langsung disuruh turun???”. Aneh kan??.
      Kemudian, lagu anak-anak yang berjudul Ambilkan Bulan Bu, seperti yang dikatakan Raditya Dika dalam novelnya yang berjudul Manusia Setengah Salmon. Secara tidak langsung bait yang berbunyi “ambilkan bulan bu, ambilkan bulan bu…” mengajarkan anak untuk durhaka kepada orang tuanya. Mengapa? Coba kalian perhatikan baitnya, “ambilkan bulan bu” bearti di sini anak dengan rasa tidak bersalahnya munyuruh ibunya untuk mengambilkan bulan. Coba pikir, seorang ibu yang telah melahirkan kita dengan susah payah, malah kita suruh untuk mengambilkan bulan. Ini benar-benar merepotkan sang ibu. Jadi, sadarlah.
       Selanjutnya, lagu yang berjudul Bintang Kecil, di bait pertamanya ini yang membingungkan, coba simak bait berikut “bintang kecil, di langit yang biru…” bait ini benar-benar merupakan pembodohan masyarakat. Gak ngerti? Gini lo, bintang adanya kan di malam hari, bener kan?? Nah kalo langit biru adanya kapan? Siang hari kan?? Nah, di sini kita bisa menemukan adanya ketidakkonsistenan dari bait tersebut. Coba pikir lagi, klo bait yang benar tu paling gak kan kayak gini “bintang kecil, di langit yang gelap…” bener gak gue?? Gak salah kan?? Masa langit malam warnanya biru. Gak mungkin deh kayaknya.
      Mau lagi?? Nih, lagu yang berjudul Sepedaku, kalian ingat gak bait yang bunyinya kayak gini “kring kring kring ada sepeda, sepedaku roda tiga…” bingung di mana salahnya? Sebenarnya baitnya gak salah. Tapi, di sini ada hal akan menyebabkan perbedaan pandangan dan pendapat. Coba baca lagi baitnya “kring kring kring ada sepeda…” maka timbullah pertanyaan, apakah yang berbunyi itu sepeda? Ataukah, yang bunyi itu pesawat telepon yang ada di sepeda? Atau yang lebih ekstrim lagi, “kring kring” di sini adalah bunyi sirine anti maling di toko sepeda karena salah satu sepeda roda tiganya dicolong maling. Jadi yang mana yang benar?? Gue juga bingung.
      Ada lagi lagu yang berjudul Burung Kakak Tua, salah satu lagu gak jelas yang kayaknya niat banget untuk menyinggung hati para manula. Kenapa? Coba kalian pikir apa hubngannya coba burung kakak tua ama gigi yang tinggal dua? Abis itu lagu ini juga secara gamblang menyudutkan para manula yang giginya sedikit oleh anak kecil yang malah giginya belum ada. Secara logika, apakah ini pantas disebutkan untuk anak-anak? Pikirkan.
        Apa lagi ya?? Tau ah gelap. Ntar nanti lagi deh klo gue nemu inspirasi lagi. Jujur, gak gampang mencari suatu hal yang orang lain jarang untuk memikirkannya. Jadi, klo misalnya gue nemu keganjilan-keganjilan yang menggelitik hati gue untuk nulis, pasti dah gue share lagi.

Salam Iwak Peyek

Presiden Republik PBSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar