Kamis, 13 Juni 2013

Resume Buku Sosiolinguistik: Suatu Pengantar, P. W. J. Nababan


A.    Pendahuluan
Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Selain itu, sosiolinguistik juga dapat dikatakan sebagai studi yang mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat alam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan.

Masalah utama yang dikaji dalam sosolinguistik adalah sebagai berikut:
1.         Mengaji bahasa dalam konteks sosial dan budaya.
2.         Menghubungkan faktor-faktor kabahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya.
3.         Mengaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.
Topik-topik umum dalam pembahasan sosiolinguistik ialah:
1.         Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa
2.         Repertoar bahasa
3.         Masyarakat bahasa
4.         Kedwibahasaan dan kegandabahasaan
5.         Fungsi kemasyarakatan bahasa dan profil sosiolinguistik
6.         Penggunaan bahasa (etnografi bahasa)
7.         Sikap bahasa
8.         Perencanaan bahasa
9.         Interaksi sosiolinguistik
10.     Bahasa dan kebudayaan

B.     Variasi dalam bahasa
Bahasa memiliki dua aspek mendasar yaitu bentuk, baik bunyi dan tulisan, dan makna baik leksikal maupun fungsional dan struktural. Jika kita melihat secara lebih teliti, maka kita akan menemukan banyak perbedaan baik dari segi bunyi ataupun makna, yangterjadi akibat perbedaan geografis, kebudayaan, dan lain sebagainya. Sehingga, kita dapat menemukan banyak variasi-variasi bahasa dalam suatu masyarakat.


1.         Kajian Variasi dalam Linguistik Umum
Terdapat dua macam variasi dalam bahasa berdasarkan sumbernya, yaitu variasi internal dan eksternal. Variasi eksternal adalah variasi bahasa yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar kebahasaan seperti daerah asal penutur, kelompok sosial, situasi berbahasa, dan zaman penggunaan bahasa tersebut. Variasi Internal adalah variasi bahasa yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam kebahasaan penuturnya itu sendiri dan bersifat alamiah. Oleh karena itu, variasi internal adalah variasi yang paling lambat berubah dalam jangka waktu.

2.         Kajian Historis-Komparatif
Yang dikaji adalah berupa bahasa-bahasa yang berbeda, yaitu yang tidak sama, sebagai hasil dari jalannya waktu atau banyaknya komunikasi antara dua kelompok pemakai bahasa. Maksudnya, jika dua kelompok memiliki hubungan berbahasa yang sering maka kedua kelompok tersebut cenderung memiliki kesamaan bahasa agar bisa saling dimengerti. Sebaliknya pula jika pada dua kelompok yang jarang berkomunikasi.

3.         Kajian dialektologi
Dalam pemetaan variasi dialek dari bahasa digunakan konsep isogloss, yaitu garis yang mehubungkan dua tempat yang menunjukkan ciri unsur yang sama atau memisahkan ciri unsur yang berbeda. Unsur tersebut adalah fonologi, morfologi, sintaksi, dan leksis.

4.         Kajian Sosiolinguistik
Bahan kajian sosiolinguistik adalah “penggunaan bahasa” oleh penutur-penutur dalam keadaan-keadaan yang sewajarnya untuk tujuan-tujuan tertentu.

5.         Aspek Morfologi dan Sintaksis dari Ragam Fungsiolek
Ragam fungsiolek berdasarkan tingkat formalitasnya terbagi menjadi lima tingkat yaitu, ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Jika kita kaji berdasarkan morfologi ataupun sintaksis, kita pasti akan menemukan perbedaannya pad setiap tingkat.

C.     Kedwibahasaan
Suatu daerah yang memilik dua bahasa disebut berdwibahasa atau bilingual. Misalnya, orang-orang yang dapat memakai lebih dari satu bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah.

1.         Bilingualisme dan Bilingualitas
Bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sedangkan bilingualitas adalah kesanggupan atau kemempuan sesorang dalam berdwibahasa atau dua bahasa. Karena bilingualitas adalah kemampuan dan bilingualisme merupakan praktiknya, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak dapat mengerjakan bilingulisme tanpa dia mempunyai bilingualitas.

2.         Kedwibahasaan Masyarakat dan Perorangan
Kedwibahasaan dalam suatu masyarakat terdapat dua keadaan teoretis ekstrem. Pertama, ialah keadaan di mana semua anggota masyarakat itu tahu dua bahasa dan menggunakan kedua bahasa setiap hari dalam pekerjaan dan interaksi sosialnya. Keadaan ekstrem kedua ialah bila ada dua bahasa dalam masyarakat itu, tetapi setiap orang tahu hanya satu bahasa dan dengan begitu masyarakat itu terdiri dari dua jaringan komunikasi (atau masyarakat bahasa) yang monolingual dan tersendiri. Kedua keadaan ekstrem di atas hanya dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat kecil dan terpencil.

3.         Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode merupakan keadaan di mana seseorang beralih dari satu ragam fungsiolek (misal ragam santai) ke ragam lain (misal ragam formal), atau dari satu dialek ke dialek lain, dan sebagainya yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Campur kode ialah bilaman seseorang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu.

4.         Profil Bilingualitas
Bilingualitas terbagi dua yaitu bilingualitas sejajar dan bilingualitas majemuk. Jika kita perhatikan hubungan anatara kemampuan dalam kedua bahasa itu pada orang yang berdwibahasa secara penuh dan seimbang, kemampuan dan tindak laku dalam kedua bahasa itu adalah terpisah dan bekerja sendiri-sendiri, inilah yang disebut bilingualisme sejajar. Jika dalam hal ini kemampuan dan kebiasaan orang dalam bahasa utama berpengaruh atas penggunaannya dari bahas kedua, maka di sebut bilingualisme majemuk.

5.         Interferensi
Interferensi adalah masuknya unsur serapan ke dalam bahasa lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa yang menyerap. Beberapa bentuk interferensi adalah sebagai berikut:
-       Interferensi yang terdapat dalam tingkah laku bahasa perorangan disebut interferensi perlakuan.
-       Interferensi yang terjadi sewaktu orang masih belajar bahasa kedua disebut interferensi perkembangan.
-       Interferensi yang mengakibatkan perubahan dalam sistem bahasa disebut interferensi sitemik.

6.         Pola-pola Bilingualisme
Pola-pola kedwibahasaan terdiri dari unsur bahasa yang dipakai, bidang (domain) kebahasaan, dan teman berbahasa. Pola-pola kedwibahasaan, dalam artiprofil kemampuan dan bahasa-bahasa apa yang dipakai , dapat berubah bergantung faktor-faktor dalam masyarakat dan tempat tinggal penutur-penutur.



D.    Fungsi-fungsi Bahasa
Fungsi bahsa dibedakan menjadi empat golongan, yaitu fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perorangan, dan fungsi pendidikan.

1.         Fungsi Kebudayaan
Fungsi bahasa dalam kebuadayaan yaitusaran perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan , dan inventaris kebudayaan. Ini dapat diartikan bahwa bahasa adalah bagin dari kebudayaan, dan bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan sebagaimana yang kita kenal sekarang.

2.         Fungsi Kemasyarakatan
Klasifikasi bahasa menurut fungsi kemasyarakat dapat dibagi menjadi dua, yakni yang berdasarkan ruang lingkup dan yang berdasarkan bidang pemakaian. Berdasakan ruang lingkup mengandung “bahasa nasional” dan “bahasa kelompok”. Bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebanggan kebangsaan, lambang identitas bangsa, dan sebagai alat pemersatu bagi Negara yang multi-etnis. Selanjutnya, bahasa kelompok adalah bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa, sebagai lambang identitas kelompok dan pelaksanaan kebudayaan kelompok itu.

3.         Fungsi Perorangan
Pada kajian Halliday (1976) dirumskan klasifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar observasi yang terus menerus terhadap penggunaan bahasa oleh anaknya sendiri. Klasifikasi itu untuk anak-anak kecil terdiri dari enam fungsi yaitu, instrumental, menyuruh, interaksi, kepribadian, pemecahan masalah, khayal, dan setelah sesorang berusia di atas tiga tahun maka di tambah fungsi informasi.

4.         Fungsi pendidikan
Pada tujuan penggunaan bahasa fungsi pendidikan dapat dibagi atas empat fungsi yaitu:
-          Fungsi integratif, bertujuan memberikan penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi anggota dari suatu masyarakat.
-          Fungsi instrumental, ialah penggunaan bahasa untuk tujuan mendapatkan keuntungan material, memperoleh pekerjaan, meraih ilmu, dan sebagainya.
-          Fungsi kultural, ialah penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai suatu sistem nilai dan cara hidup, atau kebudayaan, sesuatu masyarakat.
-          Fungsi penalaran, yaitu fungsi yang memberi lebih banyak tekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan mengerti serta menciptakan konsep-konsep dengan pendek untuk bernalar.

E.     Bahasa dan Kebudayaan
1.        Bahasa
Secara garis besar, bahasa adalah suatu sistem perisyaratan (semiotik) yang terdiri dari unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-unsur itu. Unsur bahasa yang paling dikenal adalah kata. Selain itu juga terdapat unsur-unsur lain bahasa (mulai dari yang terkecil) yaitu, satuan bunyi atau  fonem, satuan paling kecil yang memiliki makna atau morfem, satuan unsur yang terdiri dari satu atau lebih kata atau frase, dan yang paling besar adalah kalimat.

2.        Kebudayaan
Kebudayaan adalah sistem aturan-aturan komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan masyarakat terjadi, terpelihara, dan dilestarikan. Dalam hubungannya dengan komunikasi semiotik kebudayaan adalah keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut dengan masyarakat. Ada beerbagai macam definisi kebudayaan, secara lebih sederhana kita dapat memandang kebudayaan sebagai pengatur dan pengikat masyarakat, hal-hal yang diperoleh manusia melalui belajar/pendidikan secara alami, pola kebiasaan dan perilaku manusia, dan sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh kerja sama, kesatuan dan kelangsungan hidup masyarakat manusia.
3.        Hubungan Bahasa dan Kebudayaan
Bahasa adalah bagian terpenting dari kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah bagi unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting dari itu, kebudayaan manusia tidak akan terjadi tanpa bahasa; bahasalah yang menjadi faktor yang memungkinkan terbentuknya kebudayaan. Jadi, bahasa adalah sesuatu yang harus ada dalam kebudayaan.

4.        Tata Cara Berbahasa
Tata cara berbahasa mengatur apa yang sebaiknya kita katakan pada waktu dan situasi tertentu, ragam bahasa apa yang sewajarnya kita pakai dalam situasi sosiolinguistik tertentu (seperti ragam fungsiolek), kapan dan bagai mana kita menggunakan giliran berbicara kita dan menyela pembicaraan orang lain, dan yang terakhir kapan harus kita diam, jangan berbicara. Seseorang dikatakan mahir dalam berbicara apabila dia cukup tahu dengan semua tata cara di atas. Selain itu, seseorang biasanya menggunakan gerakan badan tertentu yang menyertai ucapan atau bahasa. Gerakan itu pun harus mengikuti aturan atau tata cara tertentu.

5.        Kesimpulan
Kebudayaan dan bahasa sangat erat kaitannya, kebudayaan dimungkinkan oleh karena adanya bahasa, namun bahasa adalah bagian dari kebudayaan dan berfungsi sebagai inventaris unsur-unsur kebudayaan. Bahasa juga berfungsi sebagai jalur dan alat pembudayaan orang dan sebagai alat penerus dan pengembanagan kebudayaan.

F.      Perencanaan Bahasa
Perencanaan bahasa adalah penggarapan bentuk-bentuk bahasa dalam masyarakat. Menurut Jernudd dan Das Gupta (1971: 211) pada perencanaan bahasa ialah kegiatan politis dan administratif untuk menyelesaikan persoalan bahasa dalam masyarakat.



1.         Penentuan Bahasa
Penentuan bahasa adalah proses penentuan bahasa sebagai suatu bahasa yang mempersatukan berbagai kalangan masyarakat pada suatu wilayah atau Negara. Dalam suatu negara yang baru merdeka, harus ditentukan sebuah bahasa resmi khususnya bahasa nasional, jika di dalam penentuannya memakai bahasa resmi menggunakan bahasa asing dari luar maka negara tersebut dapat disebut memakai bahasa resmi exoglossic, dan jika yang dipakai adalah bahasa asli yang telah ada berarti negara tersebut memakai bahasa resmi endoglossic.
2.         Pembianaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia
Bahasa-bahasa baru yang diserahi fungsi-fungsi masyarakat yang baru pula harus digarap terlebih dahulu agar dapat memenuhi fungsi kemasyarakatan yang diharapkan dari bahasa itu. Salah satu yang diperlukan adalah pembakuan bahasa atau standarisasi bahasa agar ada kesamaan dalam penggunaannya oleh semua pemakainya. Dalam bahasa Indonesia sering dikenal dengan EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan atau pembakuan dari segi ejaan. Selanjutnya dalah penyebarannya, penyebaran ini dapat dilakukan secara formal melalui sekolah-sekolah ataupun secara non-formal melalui Koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu, juga dikenal pembakuan istilah.

G.    Pendidikan dan Pengerjaan Bahasa
Kita telah mengetahui bahwa kebudayaan sangat erat kaitannya dengan bahasa. Jika kita kaitkan dengan pendidikan, pendidikan ialah jalur mewariskan dan mewarisi suatu kebudayaan, yang lebih penting membuat anak semakin kreatitif dan berinisiatif. Jadi, kita menggunakan bahasa dalam proses pendidikan. Ada beberapa faktor dalam hubungan bahasa dengan pendidikan yaitu, hipotesis defisit Bernsten, tujuan belajar bahasa, makna bahasa, dan penggunaan bahasa dalam interaksi belajar-mengajar.

6.      Hipotesis Bernsten
Teorinya yang terkenal dalam dunia linguis adalah “hipotesis kerugian”. Teori ini mengatakan bahwa anak-anak golongan menengah memakai variasi bahasa yang berbentuk lengkap (elaborated code) di rumah, sedangkan golongan buruh dibesarkan dalam lingkungan bahasa yang terbatas atau tidak berbentuk lengkap (restricted code). Sebagai hasil hipotesis kerugian Bernsten ini, dihubungkan dengan pengetahuan bahwa bahasalah alat utama dalam pendidikan.

7.      Tujuan belajar bahasa
Tujuan pembelajaran itu terbagi dalam empat golongan utama yaitu:
-          Tujuan Penalaran, yaitu menyangkut dengan kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya, pendeknya identitas dan kepribadian seseorang.
-          Tujuan instrumental, meyangkut pengguanaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material yang kongkret, seperti agar tahu menggunakan alat-alat tertentu, memperbaiki kerusakan, dan lain sebaginya.
-          Tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa atau dialek itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli.
-          Tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannyatentang suatu kebudayaan atau masyarakat. Hal ini didasari atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat.

8.      Makna Bahasa
Setiap bahasa pasti memiliki makna yang diungkapakn melalui unsur-unsur kebahasa an (morfem, kata, frase, kalimat) yang juga dapat dimodifikasi dengan struktur dan fonologi. Makna bahasa sendiri dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Perubahan makna bahasa terjadi karena:
-          Orang sering memperlakukan kata seperti benda, padahal kata adalah unsur dari bahasa.
-          Setiap kata mempunya banayk arti, bergantung pada situasi pemakainya.
-          Satu konsep sering disimbolkan dengan lebih dari satu kata.


9.      Bahasa dalam Interaksi  Belajar-Mengajar
Alat utama dalam interaksi belajar dan mengajar antara siswa dan murid adalah bahasa. Oleh karena itu, kita sebagi calon pendidik harus sadar terhadap pola-pola penggunaan bahasa dalam interaksi belajar-mengajar, agar kita dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kita dalam proses belajar dan menhgajar. Dengan kesadaran ini pendidik akan lebih memberikan kesempatan yang lebih banyak terhadap muridnya untuk bertanya dan berbahasa menjajaki kemungkinan-kemungkinan jawab dan memecahkan masalah. Dengan begitu siswa-siswa lebih mudah dapat berpikir dan bertindak secara kreatif dan konstruktif sebagaimana kita inginkan dalam pendidikan di sekolah-sekolah kita.





















3 komentar: